Ilmu itu diterima oleh suatu wadah. Dan wadah yang menerima ilmu itu adalah hati. Sebagaimana suatu wadah yang ingin ditempati tentu perlu dibersihkan terlebih dahulu. Maka demikian pula dengan keadaan hati ketika akan dimasuki ilmu. Semakin bersih hati, semakin mudah ilmu itu diterima.
Oleh karenanya, siapa saja yang ingin mudah meraih ilmu, maka hendaklah ia bersihkan hatinya terlebih dahulu. Bersihnya hati adalah dengan bersih dari dua halal:
1- Bersih dari kotoran syubhat
2- Bersih dari kotoran syahwat
Bersihnya hati adalah perkara yang amat penting. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi wahyu, beliau diperintahkan untuk melakukan hal ini terlebih dahulu. Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan,
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
“Dan pakaianmu bersihkanlah” (QS. Al Mudattsir: 4). Ayat ini ditafsirkan pula dengan bersihkanlah hatimu.
Kita pasti malu jika ada yang melihat pakaian kita yang dekil (kotor). Seharusnya kita juga merasa malu jika Allah melihat hati kita yang kotor yang penuh dosa.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak memperhatikan rupa dan harta kalian. Akan tetapi yang Allah lihat adalah hati dan amal kalian” (HR. Muslim no. 2564).
Siapa yang mensucikan hatinya, maka ilmu akan mudah menghampirinya. Siapa yang tidak mensucikan hatinya, maka ilmu akan pergi. Sehingga dari sini kita lihat sebagian yang meraih ilmu malah tidak memperhatikan ini. Hari-hari mereka malah lebih sering diisi dengan syahwat dan syubhat. Lihat saja mereka masih sering melihat gambar-gambar yang haram, kata-kata kotor, perbuatan mungkar, dan menikmati kemungkaran. Bagaimana orang-orang seperti ini bisa meraih ilmu.
Sahl bin ‘Abdullah rahimahullah berkata, “Cahaya ilmu sulit masuk pada hati yang masih terisi dengan sesuatu yang Allah benci.”
Wallahul muwaffiq.
[Faedah dari guru kami, Syaikh Sholih bin ‘Abdullah bin Hamad Al ‘Ushoimiy -semoga Allah berkahi umur beliau- dalam pelajaran Kitab Ta’zhimul ‘Ilmi karya beliau di Masjid Nabawi, 5 Rabi’ul Awwal 1434 H]
0 komentar:
Posting Komentar